Jakarta - Siapa sangka kulit ikan bisa diolah menjadi produk jual. Di tangan Ningsih, perempuan muda asal Tangerang, kulit ikan nila hingga kakap 'disulap' menjadi sepatu dan tas cantik khusus untuk perempuan.
Ningsih mulai memakai bahan kulit ikan kakap, nila, dan kaci-kaci manjadi sepatu dan tas perempuan sejak 3 tahun lalu. Ide tersebut pun muncul secara tidak sengaja saat dia bertemu seorang penyamak kulit yang tengah menyamak kulit ikan kakap.
Sejak saat itu, Ningsih yang mulanya memproduksi tas dan sepatu berbahan kulit sapi, mulai melirik kulit ikan.
"Ini pakai kulit ikan kakap, nila dan kaci—kaci. Kulit ikan kan nilai nominalnya kecil ya. Kalau dibikin sepatu atau tas, nominalnya bisa lebih besar. Jadi gimana caranya biar kulit ikan kakap ini terangkat bahwa punya nilai tambah," ungkap Ningsih.
Sepatu-sepatu buatannya mengusung Pinneaple Shoes. Ia mendapat bahan baku kulit ikan dari nelayan binaan Dinas Perikanan dan Kelautan DKI, lalu ia bawa ke penyamak khusus kulit ikan.
Pinneaple Shoes
"Bahan kita dapat dari nelayan, kerjasama dengan binaan Dinas Kelautan DKI. Kulit ini digarap lansung oleh penyamak kulit ikan pertama kali itu Bapak Nurul Haq, Beliau yang pertama kali menyamak kulit ikan kakap," tambahnya.
Nurul Haq, penyamak yang diceritakan Ningsih, aktif mengajarkan mahasiswa IPB dan ke daerah-daerah bahwa melalui proses penyamakan, kulit ikan kakap punya nilai jual lebih.
"Itu hebatnya penyamak tersebut, bisa menyamak kulit ikan. Lalu kita coba aplikasikan ke sepatu dan tas juga. Hasil jadinya ternyata lebih kuat. Ketahanannya tiga tahun lebih kuat dari kulit sapi," imbuhnya.
Ningsih mengatakan, kulit ikan punya tekstur unik dan tebal. Proses menyamak kulit ikan pun tidak sebentar. "Ini asli, keliatannya tipis kan kulit ikan. Tapi sebetulnya setelah penyamakan, itu kulitnya tebal. Proses penyamakannya sendiri sampai 10 hari," katanya.
Menurut Ningsih, bukan perkara mudah mengenalkan kulit ikan sebagai bahan sepatu maupun tas. Tidak jarang pelanggannya ragu-ragu dengan produknya.
"Baru setelah setahun kita uji hingga betul-betul percaya kalo kulit ikan nggak kenapa-kenapa jika di sepatu atau tas. Saya udah coba buat panas-panasan, hujan-hujanan. Itu dijamin aman," jelasnya.
Untuk membuat sepasang sepatu diperlukan 7 lembar kulit ikan. Sepatu-sepatu unik dengan dominasi warna merah, hijau, kuning, dan cokelat tersebut Ia tawarkan dengan harga mulai Rp 250.000-500.000/pasang untuk model flat shoes. Sedangkan tas jinjing wanita ditawarkan mulai Rp 1,5 juta.
Bicara omzet, Ningsih tidak menyebut omzet pasti, Ia hanya menyebut kisaran dua digit. "Omzet lumayan sampai dua digit. Normalnya Rp 20 juta sebulan. Sehari kita bisa kerjakan 5 pasang sepatu flat shoes. Kalau heels hanya bisa 2 pasang sehari. Dikerjakan oleh 4 orang penjahit dan tukang pola," ujarnya.
Sampai saat ini, menurut Ningsih, masih terbilang tahap introduksi pasar. "Kita pertama kali yang melaunching sepatu dari bahan ikan kakap. Jadi membangun kepercayaan customer pun butuh waktu. Sampai—sampai kalau kita bazar itu selalu bawa kulit mentahan juga. Before sama after setelah disamak kita bawa supaya pembeli percaya," jelasnya.Komentar-komentar unik dari para pelanggan pun kerap terlontar.
"Banyak yang nanya yakin nih kalau kita pakai kucingnya nggak pada ngikutin? Nggak lah, proses penyamakannya aja 10 hari. Kolagen dan minyak dihilangkan dulu supaya nggak timbul bakteri," imbuhnya.
Sepatu-sepatu dari kulit ikan tersebut kebanyakan diproduksi sesuai keinginan pelanggan. Saat mendapat order secara online melalui social media, Ningsih akan menawarkan pilihan kepada pelanggan untuk memakai model sepatu darinya atau membawa contoh model sendiri s keinginan pelanggan. Lama pengerjaan berkisar 2-5 hari.
Limbah potongan perca kulit ikan pun tidak ia sia-siakan. "Sisa pembuatan sepatu, potongan perca bisa diaplikasikan ke dompet, gantungan kunci, topi dan bingkai. Kita juga akan coba aplikasikan ke baju. Misalnya bagian kerahnya kita pakai kulit ikan kakap," pungkasnya.
(***)
Sumber: detik.com
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan mendaftar disini .